Betulkah Kurikulum 2013 syarat dengan kepentingan politik dan terlalu dipaksakan? Itulah pertanyaan yang muncul dalam benak fikiran saya dan mengusik "rasa ingin tahu" saya setelah mengamati "hiruk pikuk" sekitar rencana penerapan Kurikulum baru.
Katanya banyak "pakar", yang membedah kurikulum ini dan berkesimpulan pemerintah terlalu memaksakan penerapan kurikulum 2013. Dan tidak sedikit pula forum yang membahas kurikulum 2013 dari berbagai sudut keilmuan dan profesi, memberikan kesimpulan, bahwa kurikulum 2013 syarat dengan kepentingan politik. Atau, mungkin anda juga punya pendapat dan temuan lain yang lebih "cerdas", untuk menguatkan penolakan anda terhadap penerpan kurikulum baru ini? Atau anda punya temuan lain yang lebih "bijak" untuk menguatkan penerimaan terhadap penerapan kurikulum 2013?
Kembali pada pertanyaan di atas. Kalau boleh saya bertanya, maka pertanyaan di atas akan saya ajukan kepada yang terhormat Bapak M. Nuh selaku Menteri pendidikan dan Kebudayaan. "Pak menteri Betulkah Kurikulum 2013 syarat dengan kepentingan politik dan terlalu dipaksakan, seperti yang dikatakan para "pakar" yang cerdik pandai?"
Saya jadi berfikir "Seandainya benar apa yang dikatakan mereka, mengapa hal itu dilakukan oleh lembaga sekelas kementrian pendidikan, hanya untuk mengambil keuntungan politis, bukankah kurikulum itu dibuat untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa ini?" Dapatkah mereka bersatu untuk mewujudkan sebuah penghianatan Mengapa orang politik mengambil keuntungan diatas rendahnya nilai mutu pendidikan bangsa ini?
Seandainya juga tidak benar "mengapa para pakar dan ahli, cerdik dan pandai itu menyatakan dengan "pede", bahwa dalam rencana penerapan kurikulum syarat dengan kepentingan politik dan terlalu dipaksakan? Ada apa ini ...?
Jujur saja saya bukan pada posisi menerima atau menolak kurikulum 2013. Setidaknya saya telah mengalami kondisi yang sama pada saat perubahan kuriklum 1994 ke 2004 (?) dan 2004 (KBK) ke 2006 (KTSP) tapi orang Indonesia tetap saja dengan tabiatnya "cepat bereaksi dan cepat melupakannya".
Kami para guru bukanlah "orang yang banyak tahu" sehingga harus berbicara banyak tentang kurikulum 2013 melebihi peran dan fungsi sebagai guru. Kami juga bukanlah "paranormal" yang bisa menebak-nebak bagaimana jadinya pendidikan indonesia bila kurikulum 2013 segera diterapkan. Dan Kami para guru juga bukanlah "investigator" yang bisa mengungkap "masalah" dibalik "masalah penerpan kurikulum 2013".
Ya, kami hanya berfikir bagaimana melakukan pembelajaran lebih efektif, dan anak-anak didik kami mendapatkan layanan pendidikan yang lebih baik. Menjadikan mereka siswa-siswi yang beriman dan bertakwa, berakhlak yang baik dan menjadi pembelajar yang sukses dunia kahirat.
Pro-Kontra Kurikulum 2013 ternyata tidak luput dari pengamatan Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh. Beliau sangat memahami benar munculnya berbagai pendapat dalam menanggapi penerapan kurikulum 2013. Seandainya saya, sebagai guru tidak memasang jurus "berfikir positif", tentunya saya pun akan banyak "bicara" daripada ikut mewujudkan pendidikan menjadi lebih baik... Banyak berkomentar dari pada memperbaiki cara belajar dan mengajar di sekolah.
Untuk menjawab pertanyaan di atas dan sedikit menambah pemahaman kita tentang penerapan kurikulum 2013, saya salinkan tulisan bapak Muhammad Nuh yang diambil dari web Kemdikbud yang juga di muat di harian kompas. Semoga bermanfaat.!
Katanya banyak "pakar", yang membedah kurikulum ini dan berkesimpulan pemerintah terlalu memaksakan penerapan kurikulum 2013. Dan tidak sedikit pula forum yang membahas kurikulum 2013 dari berbagai sudut keilmuan dan profesi, memberikan kesimpulan, bahwa kurikulum 2013 syarat dengan kepentingan politik. Atau, mungkin anda juga punya pendapat dan temuan lain yang lebih "cerdas", untuk menguatkan penolakan anda terhadap penerpan kurikulum baru ini? Atau anda punya temuan lain yang lebih "bijak" untuk menguatkan penerimaan terhadap penerapan kurikulum 2013?
Kembali pada pertanyaan di atas. Kalau boleh saya bertanya, maka pertanyaan di atas akan saya ajukan kepada yang terhormat Bapak M. Nuh selaku Menteri pendidikan dan Kebudayaan. "Pak menteri Betulkah Kurikulum 2013 syarat dengan kepentingan politik dan terlalu dipaksakan, seperti yang dikatakan para "pakar" yang cerdik pandai?"
Saya jadi berfikir "Seandainya benar apa yang dikatakan mereka, mengapa hal itu dilakukan oleh lembaga sekelas kementrian pendidikan, hanya untuk mengambil keuntungan politis, bukankah kurikulum itu dibuat untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa ini?" Dapatkah mereka bersatu untuk mewujudkan sebuah penghianatan Mengapa orang politik mengambil keuntungan diatas rendahnya nilai mutu pendidikan bangsa ini?
Seandainya juga tidak benar "mengapa para pakar dan ahli, cerdik dan pandai itu menyatakan dengan "pede", bahwa dalam rencana penerapan kurikulum syarat dengan kepentingan politik dan terlalu dipaksakan? Ada apa ini ...?
Jujur saja saya bukan pada posisi menerima atau menolak kurikulum 2013. Setidaknya saya telah mengalami kondisi yang sama pada saat perubahan kuriklum 1994 ke 2004 (?) dan 2004 (KBK) ke 2006 (KTSP) tapi orang Indonesia tetap saja dengan tabiatnya "cepat bereaksi dan cepat melupakannya".
Kami para guru bukanlah "orang yang banyak tahu" sehingga harus berbicara banyak tentang kurikulum 2013 melebihi peran dan fungsi sebagai guru. Kami juga bukanlah "paranormal" yang bisa menebak-nebak bagaimana jadinya pendidikan indonesia bila kurikulum 2013 segera diterapkan. Dan Kami para guru juga bukanlah "investigator" yang bisa mengungkap "masalah" dibalik "masalah penerpan kurikulum 2013".
Ya, kami hanya berfikir bagaimana melakukan pembelajaran lebih efektif, dan anak-anak didik kami mendapatkan layanan pendidikan yang lebih baik. Menjadikan mereka siswa-siswi yang beriman dan bertakwa, berakhlak yang baik dan menjadi pembelajar yang sukses dunia kahirat.
Pro-Kontra Kurikulum 2013 ternyata tidak luput dari pengamatan Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh. Beliau sangat memahami benar munculnya berbagai pendapat dalam menanggapi penerapan kurikulum 2013. Seandainya saya, sebagai guru tidak memasang jurus "berfikir positif", tentunya saya pun akan banyak "bicara" daripada ikut mewujudkan pendidikan menjadi lebih baik... Banyak berkomentar dari pada memperbaiki cara belajar dan mengajar di sekolah.
Untuk menjawab pertanyaan di atas dan sedikit menambah pemahaman kita tentang penerapan kurikulum 2013, saya salinkan tulisan bapak Muhammad Nuh yang diambil dari web Kemdikbud yang juga di muat di harian kompas. Semoga bermanfaat.!
Silahkan dibaca
0 Response to "Kurikulum 2013 : Syarat dengan kepentingan politik dan terlalu dipaksakan?"
Posting Komentar
Terimakasih anda telah berkunjung.